KEMEWAHAN SEDERHANA
*by Mustika Wayan #mustikawayan
"Nasrudin, katakan padaku apa yang bisa ku syukuri saat ini. Beban hidupku begitu berat, bahkan untuk membeli makanan pun terasa sulit. Tak ada yang mau membantu pula. Kehidupan ini sungguh penuh penderitaan. Rasanya aku ingin mati saja." Joko Kendal menunduk rapuh di hadapan Nasrudin yang ditemuinya.
Nasrudin tak menjawab. Ia hanya hening, lalu beringsut mendekati Joko Kendal, seperti hendak merangkulnya menguatkan hati.
Namun tidak... Yang terjadi justru di luar dugaan.
Nasrudin membekap mulut dan hidung Joko Kendal kuat-kuat. Joko Kendal gelagapan. Berontak. Meronta-ronta. Mencoba membebaskan diri. Tangannya memukul-mukul tubuh Nasrudin. Bahkan ia mencoba menggigit tangan Nasrudin agar terbebas.
Akhirnya setelah dirasa cukup, Nasrudin melepas bekapannya.
Joko Kendal terengah-engah menebus hutang napasnya.
"Apa yang kau lakukan, Nasrudin? Aku bisa mati konyol, tahu!!" Serunya kemudian setelah lega.
Nasrudin tenang menyahut.
"Tadi kau bilang kau rasanya ingin mati saja. Kenapa kau melawan saat kubantu mencapai kematianmu?"
"Suatu saat kau akan mengerti, bahkan bisa bernapas lega saat inipun sudah sebuah kemewahan yang masih bisa kau syukuri."
Joko Kendal tertunduk oleh kata-kata Nasrudin, yang kemudian berlalu meninggalkannya dengan sisa pesan.
"Akan tiba saat dimana kau akan bersyukur masih bisa melihat keindahan bunga mekar dengan jelas. Bisa mendengar kicau burung, derik jangkrik, suara kodok, bahkan dengungan nyamuk di telingamu."
"Kau akan berterima kasih masih bisa berjalan dengan leluasa, tanpa gemetar kehabisan tenaga atau terseok oleh rematik tulangmu."
Kepergian Nasrudin diantar oleh tetesan di sudut mata Joko Kendal. Ia lalu memeluk kemewahan dirinya sendiri.
.
.
#CeritaInspiratif
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan-tulisan di blog ini. Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu di blog ini dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.