Jumat, 08 Januari 2016

Kisah Gadis Kecil Yang Malang - Cerita Inspiratif #08


Kisah ini berawal dari seorang gadis kecil yang cantik, yang memiliki orang tua yang sangat sibuk dengan pekerjaan dan kesibukan-kesibukan lainnya. suatu pagi Ayah dan Ibunya pergi bekerja, mereka pergi bersamaan dengan menggunakan sepeda motor, karena ingin menghindari kemacetan.

   Tinggallah sang anak bersama pembantunya dirumah, seperti pembantu-pembantu pada umumnya yang sibuk dan asik dengan pekerjaannya didapur, anak itupun bermain sendiri, kesana kemari dengan riangnya. Bermain ia di halaman dan menemukan sebuah batu taman yang tajam. Digunakannyalah untuk menggambar lukisan-lukisan yang dia sukai diatas sebuah lantai marmer. Tetapi gambar itu tak nampak jelas. Merasa kurang puas ia pun menggambar lukisan-lukisannya dimobil Ayahnya yang terparkir dan berwarna hitam yang baru saja di belinya beberapa bulan yang lalu. Dicoret-coretnya mobil tersebut di gambarnya gambar Ibu dan Ayah dia sesuai dengan imajinasinya.
     
     Sepulang ayah dan ibunya bekerja, betapa terkejutnya Ayah anak tersebut melihat mobilnya penuh dengan coretan-coretan. Sang Ayah bertanya kepada pembantunya, pembantunya hanya bisa menjawab "tidak tahu pak, seharian saya hanya di dalam rumah saja". Mendengar teriakan ayahnya, gadis kecil polos itupun keluar dari kamarnya. dan ia mengatakan, itu gambar aku yang buat Yah, cantik kan Yah. sambil memeluk Ayahnya. 

Sang ayah yang sudah gelap matapun tak mampu menahan amarahnya. diambilnya rotan tipis untuk hiasan. dipukulkannya ke telapak tangan gadis kecil itu dengan keras berkali-kali, setelah puas memukul telapak tangan, dipukulnya lagi bagian belakangnya. Anak itupun hanya bisa menangis dan mohon ampun, Ibu gadis itu hanya terdiam seolah merestui siksaan itu.

   Terperanjatlah pembantu itu melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si Ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Ke esokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab Ayah si anak. 


      Pulang dari kerja, ayah ibunya pun tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya begitu juga si ibu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. 



       Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan anak itu terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. 


Setelah beberapa hari di rawat inap, Dokter memanggil Ayah dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya, maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata Dokter itu. Si Ayah dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi. 



     Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si Ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan(pemotongan tangan anaknya). Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. 


Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Aku tidak akan melakukannya lagi.... Aku tak mau lagi ayah pukul. Aku tak mau jahat lagi... Aku sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Aku juga sayang Mbok .." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris. 



"Ayah.. kembalikan tangan ku. Untuk apa diambil.. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Aku mau makan nanti ?... Bagaimana Aku mau bermain nanti ?... Aku janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi," katanya berulang-ulang. 


Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...


Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi. Namun, si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

 ************************************************************************************


*Semoga kisah diatas dapat menginspirasi kita semua, jangan pernah gelap mata dalam bertindak. jangan sampai menyesal dikemudian hari, hanya karena ingin memuaskan nafsu amarah kita sebagai Orang Tua kepada anak. :-)




Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan2 di blog ini.
Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu diblog ini
dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KOMENTAR LEWAT FACEBOOK