Hari Sabtu, 17 November 2012, mulai jam 14.00 – 18.00, di Gedung Gramex Surabaya telah berlangsung seminar umum Rahasia Kaya, Sehat, dan Bahagia. Seminar ini sangat istimewa karena selain jumlah pesertanya mencapai 1.000 orang lebih, acara ini juga bertujuan sangat mulia yaitu murni untuk edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Acara yang diselenggarakan oleh Vihara Dhammadippa Surabaya ini menjadi semakin istimewa karena yang berada di atas panggung adalah tiga pribadi unik. Narasumber pertama, YM. Uttamo Mahathera, kedua, saya sendiri, dan ketiga, moderator yang luar biasa Bapak Ponijan Liaw, pembicara publik, pakar komunikasi, dan penulis 11 buku laris. Terakhir kali kami bertiga berbicara di panggung yang sama adalah tiga tahun lalu, juga di tempat yang sama.
Ada sangat banyak hal yang dibahas dalam seminar ini. Masing-masing narasumber mendapat kesempatan menyampaikan materi dan pemikirannya selama 30 menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab intens selama hampir 3 jam.
Apa yang saya tulis di artikel ini adalah ringkasan atau intisari dari seminar ini dengan menggabungkan mulai materi saya, materi YM. Uttamo, jawaban pertanyaan-pertanyaan peserta seminar, dan komentar yang disampaikan moderator.
Semua orang ini hidup kaya, sehat, dan bahagia. Namun apakah rahasia untuk bisa mencapai kondisi yang sangat didamba ini? Sangat kuat keyakinan masyarakat awam bahwa pasti ada rahasia untuk bisa hidup kaya, sehat, dan bahagia. Keyakinan ini berangkat dari realita keseharian dan statistik yang menunjukkan bahwa orang yang kaya sangat sedikit. Sedangkan yang biasa-biasa, kalau tidak ingin dikatakan miskin, sangat banyak. Benarkah demikian?
Apa sebenarnya ukuran kaya? Apa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang bisa disebut, diangap, digolongkan sebagai, atau merasa sebagai orang kaya?
Ukuran yang paling lazim digunakan adalah uang dan materi. Orang biasanya dikatakan kaya bila punya:
- uang dalam jumlah tertentu (sudah tentu jumlah yang besar)
- rumah besar dan mewah
- mobil mahal
- perusahaan atau usaha yang berkembang pesat
- banyak lahan atau properti
- dll
Apakah hanya ini syaratnya? Tentu tidak. Syarat kaya bergantung pada pola pikir dan budaya masyarakat setempat. Ada masyarakat yang menggunakan jumlah ternak sebagai ukuran kaya. Semakin banyak ternaknya berarti semakin kaya. Ada yang menggunakan jumlah pohon jati sebagai tolok ukur. Ada lagi yang menggunakan jumlah pohon kelapa sawit. Jadi, syarat kaya ini sangat beragam.
Namun apakah sebenarnya ukuran kaya? Apakah semua syarat di atas sudah benar dan boleh kita gunakan? Kalau untuk pertanyaan ini jawabannya sangat relatif. Semua berpulang pada pribadi masing-masing.
Kaya sebenarnya adalah suatu kondisi mental, bukan kondisi fisik, yang sangat subjektif. Setiap orang punya ukuran yang berbeda. Bagi pedagang sayur di pasar mendapat untung Rp. 1 juta per hari sudah sangat luar biasa. Sedangkan bagi konglomerat bila mendapat untung Rp. 1 juta per hari adalah malapetaka.
Jadi, apa sih sebenarnya ukuran kaya itu?
Kaya lebih ditentukan oleh perasaan cukup, titik. Saat seseorang merasa cukup terhadap jumlah sesuatu yang ia miliki maka ia adalah orang kaya. Sudah tentu ukuran cukup setiap orang berbeda karena ditentukan oleh belief dan value masing-masing. Dan dalam hal ini tidak ada yang benar atau salah. Cukup adalah cukup.
Masalah muncul bila kita tidak secara sadar menentukan berapa ukuran cukup bagi diri kita. Dalam banyak kasus yang saya temui seringkali orang secara tidak sadar menggunakan tolok ukur orang lain untuk menentukan cukup bagi dirinya. Ukuran yang tidak pas inilah yang menjadi penyebab banyak orang yang menderita karena selalu merasa kurang atau miskin.
Perasaan cukup dilandasi oleh kecerdasan dan keberanian menerima situasi, kondisi, dan kenyataan hidup saat ini. Saat kita merasa cukup maka sebenarnya kita telah kaya, untuk saat ini. Dengan modal mindset sebagai orang kaya di saat ini kita mengejar impian di masa depan untuk bisa mencapai ukuran cukup berikutnya yang tentu berbeda dengan cukup di saat sekarang.
Sekarang saya akan membahas mengenai sehat dan bahagia. Apakah faktor utama yang menentukan kebahagiaan seseorang?
Ada yang berkata bahwa uang adalah faktor utama penentu kebahagiaan. Ada lagi yang menyatakan pendidikan, pekerjaan, jabatan, dan IQ adalah penentu kebahagiaan.
Apakah benar seperti ini? Saya yakin Anda pasti pernah bertemu dengan orang yang berpendidikan tinggi yang bahagia dan juga tidak bahagia. Yang pendidikan rendah yang bahagia dan tidak bahagia juga ada. Yang jabatan tinggi dan rendah yang bahagia dan tidak bahagia juga ada. IQ tinggi atau rendah yang bahagia dan tidak bahagia juga ada.
Jadi, apa faktor utama yang mempengaruhi dan menentukan kebahagian seseorang?
Dari salah satu survei yang saya pernah baca dinyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Faktor pertama uang (money) hanya berpengaruh sebesar 5%. Faktor kedua kegiatan kreatif (creative activities) seperti membaca, menulis, menari, menonton film, jalan-jalan ke museum, dan bercerita hanya punya pengaruh sebesar 5%. Faktor berikutnya, prestasi (achievement), seperti berhasil mencapai target penjualan, lulus kuliah, mendapat promosi jabatan, menjadi pemenang dalam kontes tertentu, atau sejenisnya, hanya memberikan kontribusi sebesar 8% terhadap kebahagiaan. Faktor keempat, cinta (love), punya pengaruh 25% dan faktor kelima yang sangat besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan adalah sikap mental (mental attitude) yaitu sebesar 57%.
Dua faktor terakhir, cinta dan sikap mental, bila digabung memberi kontribusi sangat besar yaitu 82%. Dari sini jelas sekali tampak bahwa kebahagiaan lebih ditentukan oleh faktor internal daripada eksternal.
Uang akan menjadi sumber dan penentu kebahagiaan bila seseorang berangkat dari kondisi yang sangat-sangat miskin. Saat uang dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, dan tempat berteduh (rumah) maka orang ini akan merasakan kebahagiaan.
Namun jumlah uang tidak lagi berpengaruh signifikan dan tidak lagi menjadi faktor utama kebahagiaan saat seseorang naik ke jenjang pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi.
Salah satu sebab utama orang tidak bahagia, dan ini masuk dalam kategori sikap mental, adalah karena mereka baik secara sadar maupun tidak sadar menetapkan syarat yang cukup sulit untuk dipenuhi.
Untuk mengetahui syarat ini, ajukan pertanyaan, “Saya merasa bahagia jika ……..” Ini adalah rule atau aturan “bahagia”. Contoh aturan yang membuat orang sulit bahagia antara lain:
· Saya bahagia bila sudah lulus kuliah
· Saya bahagia bila sudah punya pasangan
· Saya bahagia bila sudah kaya
· Saya bahagia bila sudah dapat pekerjaan
· Saya bahagia bila punya penghasilan per bulan Rp………..
· dst……
Aturan ini akan menjadi belenggu mental yang sangat kuat bila syarat pemenuhannya sulit dicapai. Semakin sulit mencapai syaratnya, semakin sulit seseorang bahagia.
Sebab lainnya yang membuat orang sulit bahagia adalah karena pikirannya tidak tenang memikirkan hal-hal di masa depan yang masih belum pasti. Dalam hal ini pikiran "berlari" meninggalkan tubuh fisik di masa sekarang.
Yang perlu dilakukan adalah secara sadar untuk mensinkronkan "keberadaan" tubuh fisik dan pikiran sehingga berada di tempat dan waktu yang sama.
Bagaimana dengan sehat?
Sehat meliputi dua aspek yaitu sehat mental/emosi dan fisik. Kedua aspek ini, mental/emosi dan fisik saling terhubung dan saling mempengaruhi. Sehat fisik mudah dilihat atau dirasakan karena parameternya juga jelas. Namun untuk bisa hidup sehat hingga lanjut usia, ini membutuhkan perencanaan mulai sekarang, meliputi pilihan gaya hidup, pola makan, level dan intensitas aktivitas fisik, dan istirahat.
Demikian pula kesehatan mental/emosi. Pikiran tenang, hati damai dan bahagia tidak terjadi dengan sendirinya. Butuh upaya sadar untuk bisa mengalami dan merasakan kondisi mental/emosi yang sehat ini. Dan ini semua kembali pada seberapa cerdas dan efektif seseorang menggunakan dan memberdayakan pikirannya.
Jadi, bagaimana bisa hidup kaya, sehat, dan bahagia?
Apapun yang kita alami dalam hidup adalah akibat dari suatu sebab yang spesifik. Tidak mungkin bisa ada akibat tanpa sebab. Tidak akan ada asap bila tidak ada api. Dan tidak akan ada tuaian tanpa menabur terlebih dahulu.
Untuk bisa menjalani dan mengalami hidup kaya, sehat, dan bahagia seseorang perlu melakukan melakukan perencanaan hidup yang seimbang dengan cara:
Menetap goal hidup secara sadar dan bijaksana di aspek kehidupan utama : spiritual, finansial, bisnis-karir, kesehatan, pengembangan diri, keluarga, sosial, dan materi.
· Menetapkan strategi yang jelas dan terukur untuk mencapai goal
· Tekad kuat dan yakin bisa mencapai goal
· Syukuri apapun yang berhasil dicapai, sekecil apapun pencapaiannya
· Lakukan evaluasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan2 di blog ini.
Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu diblog ini
dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.