Senin, 30 September 2013

"YAYASAN HIDUNG MERAH, AJARKAN SIRKUS DENGAN GRATIS DI KAMPUNG NELAYAN CILINCING JAKARTA".


Jakarta - Di sebuah kontrakan selebar 5 x 6 meter, sekelompok anak kecil sedang memegang bola plastik. Ruangan berdinding batu bata kasar dan di dalamnya diwarnai mural ragam warna bertuliskan 'Sirkus' dan 'Hidung Merah'. Di luarnya, banyak wanita pengupas kerang sibuk dengan pekerjaannya. 

Lalat di mana-mana, bau ikan lantaran kampung nelayan pun tercium. Namun, aktivitas belajar mengajar tersebut sama sekali tak ada yang terganggu. Mereka justru asyik melempar bola ke atas satu per satu seperti komedi putar. 


"Ayo, ubah posisi. Sekarang lempar tangkap bola ke kawan sampingnya. Yang bertahan dialah yang menang," kata salah satu pengajar Yayasan Hidung Merah, Yanuar ketika detikHOT mendatanginya di Jalan Kalibaru Timur IV, Cilincing Jakarta Utara, Selasa (24/9/2013).



Sontak, seluruh siswa mengikuti perintahnya. Laiknya bermain di taman kanak-kanak, banyak bola yang terjatuh. Mereka tertawa lepas. Itulah salah satu teknik juggling dalam seni sirkus yang diajarkan Hidung Merah sejak 2008 lalu. 

***

Mengajar sirkus secara cuma-cuma kepada anak kurang mampu tentunya ada alasan bagi Dan Roberts. Ia adalah pendiri dari yayasan non profit Hidung Merah. "Aku dari kecil besar di Jakarta, lulus SMA dari JIS, aku belajar teater dan di dalamnya ada sirkus. Aku tertarik belajar sirkus dibandingkan teater," katanya kepada detikHOT. 


Usai enam tahun menyelesaikan pendidikan di Jakarta International School, ia melanjutkan studi di Roosevelt University Chicago College of Performing Arts. Namun kecintaannya akan Indonesia membuatnya kembali lagi dan ingin membuat sesuatu yang berguna. 

"Aku balik lagi ingin bawa sesuatu, ingin bisa bantu Indonesia. Aku senang dengan Indonesia karena di sini juga banyak yang pernah bantu saya," kata Dan. 

Saat itu, bersama rangkaian Ekspedisi Clown Without Borders ia membuat proyek sirkus sosial. Tujuannya hanya satu yakni menyebarkan tawa dan canda. Serta membangun mimpi bagi mereka. 

"Saya pentas selama 3 bulan berturut-turut dan mengajar hampir 3000 anak di seluruh pelosok. Dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bantar Gebang Bekasi, dan Bintaro tempat kampung pengumpul botol minuman," kata pria kelahiran 20 Mei 1984 itu. 

Dan terinspirasi akan proyek sirkus sosial ketika ia bersekolah di Chicago. Di sana, banyak anak putus sekolah dan ketergantungan narkotika, tapi karena berlatih sirkus hidup mereka berubah lebih baik. 

"Mereka juga bisa merasakan apa itu sirkus dan membuat hidupnya lebih berguna lagi. Di sana (Cilincing) banyak anak tak mampu dan tak berpendidikan," katanya. 

Dari banyaknya kawasan yang dilatihnya, Dan akhirnya memutuskan untuk fokus hanya di dua tempat saja, yakni Kampung Nelayan, Cilincing Jakarta Utara dan pinggiran kawasan pengumpul botol minuman di Bintaro, Jakarta Selatan.



Pria asli Amerika Serikat ini juga mengisahkan saat itu anak-anak yang melihatnya pentas, sangat tertarik akan adanya sirkus. Saking semangatnya, kata dia, anak-anak kecil tersebut memintanya balik terus menerus tiap minggunya. Dan pun kembali dan terus mengajarkan sirkus. 

***

Langkah Dan kian mantab ketika kawan masa kecilnya Dedi Purwadi ikut bergabung ke Yayasan Hidung Merah. Lambat laun, Dan bersama kawan-kawannya membuat tim kecil untuk mengatur sekolah non formal ini. 

Di awal berdirinya, Hidung Merah hanya ada 17 anak yang bergabung. Kini, sudah ada 220 anak. Serta terdapat empat angkatan di dalamnya. 

Setiap dua hari dalam seminggu, Hidung Merah mengajarkan materi sirkus. "Alat paling dasar yang diajarkan adalah bagaimana cara pentas dengan memakai piring plastik, bunga kayu dari tongkat. Jika dari awal gampang, mereka langsung percaya diri," ujar Dan. 

Materi berikutnya adalah juggling. Ini adalah pelajaran yang paling banyak diajarkan sekaligus dikuasai oleh Dan. Juggling bisa dengan menggunakan bola, lingkaran, dan alat lainnya. 

"Juggling yang paling banyak aku ajarkan. Karena saya termasuk yang ahlinya juga, selain akrobat dan melawak," kata Dan. 

Sedangkan bermain akrobat di Hidung Merah memang tak diajarkan. Pasalnya, menurutnya akrobat harus benar-benar disiplin dan pelatihnya harus tegas. 

"Kalau di Hidung Merah begitu kan enggak bisa. Disiplin itu maksudnya kalau head stand (kepala di bawah) satu jam yah harus satu jam. Itu kan juga ada kelenturan dan sakit banget."

Kini, Hidung Merah tak hanya mengajarkan sirkus saja, tapi juga mata pelajaran bahasa Inggris, Matematika, materi fotografi, dan bermain gitar. Ke depannya, mereka berencana akan membangun sebuah gedung sekolah non formal bagi para siswa dan siswi Yayasan Hidung Merah agar fokus belajar. 

(Sumber : http://hot.detik.com/read/2013/09/27/143137/2371381/1059/1/yayasan-hidung-merah-ajarkan-sirkus-cuma-cuma-di-kampung-nelayan-cilincing)


# Lihat videonya juga disini => http://videokaizen.blogspot.com/2013/09/dan-roberts-pendiri-yayasan-hidung-merah.html

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan2 di blog ini.
Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu diblog ini
dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KOMENTAR LEWAT FACEBOOK