Senin, 03 Juni 2013

"ANAKMU TERGANTUNG DIRIMU".

Sejak hari Sabtu siang kesehatan saya terganggu sehingga saya istirahat full di rumah. Di sela istirahat itu saya mendengarkan cerita istri dan anak saya, dan sesekali menonton berita di televisi. Salah satu cerita dan berita tersebut membuat saya merinding. Diberitakan, usai pengumuman kelulusan ada sekelompok anak SMA yang melakukan pesta sex!

Saya lebih gundah gulana saat anak saya yang remaja menambahkan cerita, “Banyak anak-anak yang nonton video porno bareng-bareng di rumah mereka pak. Agar tak ketahuan orang tuanya mereka bila SMS atau BBM-an menggunakan bahasa sandi. Ada juga yang berkirim foto dirinya yang telanjang kepada pacarnya.”
Apakah remaja ini salah? Tentu salah, karena sejak akil balig semua perbuatan dan perilaku manusia sudah dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Maha Pencipta. Dan kebanyakan anak-anak Indonesia, sejak SMP setahu saya sudah akil balig. Artinya, mereka sudah mendapat pahala saat berbuat kebaikan dan mendapatkan dosa saat melakukan kemaksiatan.
Akan tetapi, kesalahan terbesar adalah pada orang tuanya. Mengapa? Karena orang tuanya yang seharusnya menyiapkan pola pikir, mental dan perilaku sang anak. Sayangnya banyak orang tua yang punya persepsi bila sudah memasukkan anak ke sekolah bermutu sudah cukup baginya. Ini adalah persepsi yang sangat keliru.
Saat di rumah sang anak masih perlu perhatian, arahan, pelukan dan didengarkan. Bila orang tua tak memiliki waktu untuk memberi arahan maka jangan salahkan anak bila akhirnya ia salah arah. Bila orang tua tak pernah memberi perhatian dan pelukan, maka sang anak akan mencari perhatian dan pelukan kepada orang lain yang boleh jadi menjerumuskan.
Apabila orang tua tak pernah mendengarkan isi pikiran dan hati sang anak, maka ia akan mencari pelarian untuk “curhat” kepada orang lain. Dan boleh jadi, ia akan rela menyerahkan harga diri dan kehormatannya kepada orang lain yang bersedia mendengarkan curhatannya.
Bisnis dan karir memang penting, tetapi sungguh anak-anak jauh lebih penting. Mendidik anak bukanlah hanya ia pintar membaca, menulis dan berhitung. Bukan pula tentang hafal ayat-ayat dari Kitab Suci. Mendidik anak adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan, membentengi dari hal-hal yang akan merusak hidupnya, memberikan bekal agar ia bisa membedakan mana yang menyelamatkan dan mana yang mencelakakan.
Mendidik anak juga memerlukan sentuhan, pelukan, kesediaan untuk mendengar, dan suri tauladan. Semua itu tak mungkin terjadi bila kita tidak menyedikan waktu yang berkualitas kepada buah hati kita. Siapkanlah anak-anak sejak dini agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Setuju?
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan2 di blog ini.
Selanjutnya, silahkan tinggalkan jejak kamu diblog ini
dengan menuliskan komentar kamu di "kotak komentar" yang sudah tersedia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KOMENTAR LEWAT FACEBOOK